Tentang Gorontalo dalam Selembar Kartu Pos

Jujur saya tidak terlalu berharap akan menemukan kartu pos di Gorontalo meski hanya selembar. Setiap orang yang saya tanyai terlalu pesimis untuk mengharapi meski hanya secercah. Sehingga lama-kelamaan kartu pos pun menghilang dari daftar buruan oleh-oleh saya. Tapi menghilang dari daftar oleh-oleh bukan berarti hilang dari setiap inci kepala saya. Sejak menjadi seorang Postcrosser Februari silam, bagi saya kartu pos telah menjadi seperti detik-detik hari libur bagi setiap siswa. Begitu ia datang di bawa oleh Bapak berpakaian warna jingga, hari saya menjadi jungkir balik. Setiap wajah jelek yang saya temui berubah indah dengan simetris mengagumkan; mengalahkan reca-reca modern ciptaan Antoni Gaudi!

Akhirnya saya memasuki Kota Gorontalo dengan penuh harap akan selembar kartu pos. Di setiap tempat yang saya datangi selalu saya tanyai kartu pos. Pada setiap orang saya tanyakan dimana bisa mendapatkan kartu pos. Nihil! Semua menggeleng. Tak jarang yang terkekeh kecil. Mungkin dianggapnya saya hanya orang udik. Kartu pos itu barang usang, Boi! Dalam hatinya saya rasa.

Hingga hari terakhir tiba dan takdir akhirnya menyapa saya dari mata angin yang tidak disangka-sangka…

Saya telah sangat putus asa saat itu. Sejauh kaki melangkah tidak sebarang pun kartu pos saya jamah. Hari ini merupakan hari terakhir saya di Kota Serambi Madinah ini. Teriakan tawaran abang-abang pengendara bentor-kendaaran penumpang khas Gorontalo- mengiringi langkah saya saat tiba di pintu gerbang Bandara Jalaluddin. Ya, bandara ini masih terbilang kecil. Bapak Wakil Gubernur provinsi ini masih merayu Bapak-bapak Senayan sana untuk mempermak tempat mendarat burung besi milik nya. Kebetulan pintu keluar arrival dan masuk check-in bandara ini sangat berdekatan. Saya bisa melihat isi ruangan arrival di sana. Dan ada counter Pariwisata Gorontalo di sana.Tunggu.. Pariwisata? Gorontalo? Kalau disatukan.. Pariwisata Gorontalo! Aih, semoga ada kartu pos di sana. Saya berjalan lama kelamaan berlari meski jarak hanya menyisakan 10 meter. Menyelonong masuk tanpa menghiraukan teriakan petugas bernada 8 oktaf. Menatap Mbak-mbak penjaga counter, dan kawan! telah kukatakan bukan bahwa sejalan dengan Hukum Ketiga Newton yang menyabdakan bahwa pada setiap aksi akan timbul reaksi, maka setiap jejak usaha aksi saya telah Allah balas dengan reaksi beberapa lembar kartu pos! Lagi pelengkap dari Hukum Newton: Semua kartu itu gratis!

Lalu disinilah saya berdiri. Dengan tangan disesaki beberapa lembar kartu pos Gorontalo.

  • Olele Sea Garden Postcard

Suci x

Taman Laut Olele ini hanya berjarak 20 km dari pusat kota Gorontalo. Seperti jarak Banda Aceh ke Krueng Raya mungkin. Saya tidak tahu definisi jarak yang sesuai. Beberapa satwa laut ini tak bisa dijumpai di tempat lain. Selain itu seperti yang saya baca di In-flight Magazine nya Sri*ijaya A*r, di Taman Laut Olele ini juga terdapat Gua Laut berkedalaman sekitar 20 meter  yang dinamai ‘Jinn’. Ya namanya gua nya adalah Gua Jinn. Dengan doubel huruf ‘n’ tentu saja.

  • Saronde Island Postcard

Mas Hardi Yansyah x

Pulau Saronde ini adalah salah satu gugusan pulau yang ada di Gorontalo Utara. Kelebihan pulau ini ada banyak tapi yang pasti seperti gambar menuturkan: pasir putih nya membekukan kerja mata kita.

  • Bongo Religious Tourism Postcard

FAtima Zahra x

Bongo adalah destinasi wisata Religious. Salah satu acara adalah Walima (Tolangga). Sebuah perayaan untuk mengenang Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dulunya diprakarsai oleh Raja Maulud.

  • Iluta Harbour Postcard

Dian Ratih xJaraknya hanya sekitar 10 km dari Kota Gorontalo. Kata-katanya pelabuhan ini dulu menjadi tempat landing Amphibi Airplane Katelina yang digunakan oleh Bapak Proklamator; Soekarno. Lokasinya dekat dengan Danau Limboto.

  • Nantu Forest Postcard

Bang Ari xHutan selalu mendapatkan istimewa di hati saya. Di dalamnya berkeliaran kesana kemari binatang-binatang kecil. Tempat berayun nya para keluarga Ape sp. dalam rimbunnya dedahan pepohonan. Serta tempat mengalirnya anak-anak sungai yang menjadi penghilang haus dahaga kita. Karena itu saya menyukai hutan. Karena itu pula terkadang saya menyukai kegiatan cross country dalam Pramuka misalnya. Dan di Hutan Nantu ini tersimpan hewan-hewan epidemik Indonesia. Semisal Anoa dan Burung Maleo kecil itu.

***

Meskipun penjelasan saya tadi seperti orang yang telah menjamah setiap jengkal tanahnya, sebenarnya saya hanya bisa bisa melihat itu semua melalui kartu-kartu itu. Sama seperti kalian mungkin. Indeed, harga tiket pesawat mengkhianati saya dalam batas yang tidak bisa ditolerir lagi. Keuangan mengharuskan saya pulang lebih cepat daripada yang telah direncananakan. Semua tanah itu, udara dan mungkin juga pohon-pohon itu, tak bisa saya inderakan lagi. Saya berpisah dengan tanah itu dan kembali pulang menuju tanah lahir saya di ujung barat Sumatera sana. Dan semua bayangan yang telah mengikuti diri selama disana ingin saya bagikan pada teman-teman melalui kartu pos itu.

Tah, semua kartu telah mendapatkan tuan dan sudah saya perangkokan. Tuan nya? Telah saya pilih dan tentu saja: Saya rahasiakan. Jadi tunggu dan bersabarlah. Semoga kartu-kartu itu menjadi milikmu dan datang tepat waktu!

Salam,
A

12 thoughts on “Tentang Gorontalo dalam Selembar Kartu Pos

    • Ga tau juga ya mbak. Tapi kayaknya pas masa Rusli Habibie jadi Gubernur, soalnya ada poto beliau di counternya. Saya ketemunya di bandara. Itupun gak sengaja. :D

      Like

Leave a comment